Kamis, 25 Februari 2010

Sehari Di Ruang Publik

Hari Sabtu tanggal 20 Februari 2010 tepat pukul 16.00 saya sampai di Perpustakaan Kota Yogyakarta, Jl. Suroto Kotabaru. Di situ sudah hadir beberapa orang untuk mendengarkan gagasan dari Arie Setyaningrum Pamungkas, Dosen Sosiologi UGM tentang: Konsep-Konsep Michel Foucoult.
Siapakah Michel Foucault, dulu dia adalah orang yang tidak terkenal sampai akhirnya essai-essainya dikumpulkan dan diterjemahkan dalam Bahasa Inggris dari situlah dia mulai dikenal dunia. Foucault tidak pernah menulis buku, dia hanya menulis essay dan essay inilah dikumpulkan oleh seorang teman baru dipublikasikan dalam sebuah buku kumpulan essay. Michel Foucault menyumbangkan gagasan yang provokatif sekaligus subversive di dalam Perkembangan Teori Postmodernisme menjelang akhir abad 20. Gagasan intinya yang membedah “kuasa pengetahuan dan bagaimana pengetahuan melahirkan (generating) kekuasaan” merupakan perspektif yang secara progresif mengubah kritik terhadap kuasa dan kekuasaan sebelumnya yang melulu berbasis pada aspek structural (empirisme), meskipun dalam gagasannya sama sekali tidak menafikkan aspek struktur social
Dari gagasan-gagasan kuncinya, pemikiran Foucoult kemudian diaplikasikan lebih jauh oleh banyak intelektual lainnya yang memfokuskan analisisnya pada topic-topik sebagai berikut:
1. Biopolitics: Kekuatan social, politis, ekonomi, yang berbasis pada reproduksi “biologis” dan berdampak pada “Kuasa yang bersifat hegemonic-dominatif.
2. Rezim regulasi: Pengkondisian kondisi normalitas abnormalitas di dalam masyarakat melalui kekuasaan yang membedakan 2 sumber rasionalitas: Legitimate-illegitimate (contested term: masih merupakan gagasan Foucault yang terbuka hingga kini masih merupakan diskusi yang problematic)
3. The Politics of Identities > Gagasan Foucoult yang memuat ide tentang “the biopolitics’ dan “the regime of regulations” mendorong banyak intelektual membedah ulang (dekonstruksi) analisis kekuasaan yang bersifat hegemonic atau bahkan dominan dengan sekaligus kritik atas analisis metodologi ilmu social yang berbasis pada metode ‘oposisi biner’
4. Foucault memperkenalkan konsep ‘truth is a contested relative mechanism in relation between power-knowledge> mendorong penemuan baik secara ‘ideologis’ maupun secara ‘partisipatif’ pada kajian-kajian ‘Pascakolonial” yang mencoba keluar dari bingkai (frame) analisis lama yang berbasis pada oposisi biner.
Itulah inti dari diskusi hari itu tentang Michel Foucault, kemudian aku dan beberapa teman melihat “Jazz On The Book” di halaman Kompas. Kali ini acara dibuka oleh para pemusik Jazz Jogja yang membawakan beberapa lagu. Alat music yang dimainkan : Saxophone, Gitar, Drum dan Keyboard. Kemudian Mbah Landung Simatupang membacakan prosa untuk awal. Kemudian dia juga membacakan puisi-puisi Wiji Thukul yang bertemakan “Inclusive Citizenship” dikatakan oleh Landung bahwa Inclusive adalah lawan kata dari Exclusive tidak mudah untuk menjalankan prinsip ini karena kita harus punya hati dan pikiran yang lapang untuk menerima semua perbedaan. Wiji Thukul yang entah dimana sekarang keberadaannya, tidak mengenyam pendidikan tinggi, dia hanya mengolah rasa dan akal sehatnya untuk membuat puisi-puisi yang melihat bahwa banyak ketidak adilan social di sekitarnya. Kumpulan puisi Wiji Thukul ini juga diberi pengantar oleh Munir yang akhirnya dibunuh di udara. Selain itu juga Landung juga membacakan Puisi Aidit saat berada di Paris untuk membela kaum buruh.
Setelah pembacaan Landung selesai saya ke Dinas Pariwisata dan Kebudayaan yang sedang berlangsung pembacaan puisi dan happening art oleh teater Tantra. Teater Tantra menampilkan bagaimana anak jalanan digusur dan dibinasakan bahkan tidak ada tempat untuk dimakamkan. Ditangkapi polisi dan dikejar-kejar, profesi mereka sebagai pengamen seolah sampah bagi penguasa.
Malam pukul 22.00 saya pulang dengan hati getir……………………..

Jumat, 12 Februari 2010

Tujuh Jurus Mendapatkan Cinta

Cinta adalah suatu konsep yang paling sulit didefinisikan, tapi beberapa orang bisa merasakannya. Saya tidak akan mendefinisikan konsep cinta ini karena masing-masing orang punya definisi sendiri tentang konsep ini. Valentine’s day saya kira banyak orang tahu yang jatuh pada tanggal 14 Februari, kisah seorang pastur yang rela mengorbankan diri untuk kebahagiaan orang-orang yang dicintainya sebuah kata yang ditinggalkan oleh pastur itu “LOVE FROM YOUR VALENTINE” menjadi kenangan bagi orang-orang tercinta yang ditinggalkan. Di sini saya juga tidak membatasi diri untuk membicarakan Valentine’s day bagi agama Kristiani saja tapi saya harap spirit ini juga bisa mendewasakan kita sebagai masyarakat yang terbuka dan memahami bahwa ada beberapa tradisi di sekitar kita.
Nah sekarang kita kembali ke masalah cinta tadi. Banyak sekali literatur dan referensi yang menulis tentang cinta yang kebanyakan menjadi tema novel dan film. Mengapa dibuat novel, film, dan juga puisi? Karena cinta berada di tataran perasaan bukan logika. Banyak literatur yang mengatakan ada perbedaan antara laki-laki dan wanita yaitu laki-laki lebih senang menggunakan logika dan wanita lebih menggunakan rasa. Ronald Frank dalam bukunya “Cara Memikat Wanita Idaman” mengatakan bahwa kebanyakan kesalahan yang dilakukan pria adalah menganggap wanita itu senang pada harta dan kecerdasan yang menggunakan logika. Banyak laki-laki terjebak dengan perdebatan pada logika, padahal menurut Frank kebanyakan pendekatan yang berhasil jika laki-laki itu bisa menggunakan seni mengolah rasa bukan logika. Itu menurut Ronald Frank. Ada juga artikel tentang “Tips Cewek Buat Para Cowok” dalam artikel ini beberapa strategi yang disarankan adalah: Temukan daya pikat alamiah diri, Manja, Jinak-jinak merpati, Kenali Tipe Cowok Khusus,Mengenal dan Mengerti Hobi Cowok, Percaya Diri. Nah membandingkan kedua literatur itu maka agar adil dan tidak mendiskreditkan salah satu, ada beberapa hal kesamaan yang bisa dijembatani di sana. Selain dari teori di atas perlu dikombinasi dengan pengalaman nyata khususnya dari beberapa teman saya yang saya nilai berhasil mendapatkan seni bercinta itu tanpa saya menyebutkan nama mereka.
Tujuh jurus yang saya kira perlu dipahami dan dimengerti oleh pria maupun wanita adalah:
1. Pentingnya memahami “Seni Berkenalan”
Hal ini tidak mudah, bagi yang punya kemampuan berkomunikasi bagus mungkin tidak menjadi kendala tapi ada beberapa orang yang “groginan” baru berdekatan saja sudah keluar keringat dingin, juga ada yang kalau dengan teman biasa bisa ngomong lancar tapi begitu mau ngomong dengan orang yang ditaksir seolah mulutnya terkunci dan hanya dag-dig-dug sendiri. Hal ini perlu dipelajari sendiri bagaimana pentingnya berkenalan agar terlihat alami. Banyak kiat di berbagai literature atau Tanya teman yang sudah berpengalaman.
2. Pentingnya “Cara Menarik Perhatian”
Nah di sini perlu digunakan teori “yang unik itu menarik” dan yang minoritas diantara yang mayoritas biasanya adalah yang diperhatikan. Atau “devian itu solusi” kadang perilaku yang menyimpang malah menjadi pusat perhatian. Contoh kongkritnya, apa yang kita kenakan sebenarnya adalah medan pertempuran untuk menentukan makna. Teman saya yang sukses menerapkan ini adalah ketika dia berpindah agama dan ditentang oleh keluarganya demi menarik perhatian seorang wanita yang sekarang menjadi istrinya.
3. Pentingnya “Membangun Komunikasi”
Nah jika perhatian sudah didapat missal sudah punya nomor hapenya atau punya e-mailnya hal yang perlu dibina adalah menjalin terus komunikasi dan ini memerlukan seni tersendiri agar tidak membosankan.
4. Pentingnya “Membuat Kesepakatan”
Jika komunikasi sudah berjalan, perhatian sudah didapat, langkah selanjutnya adalah “Nyaman” tidakkah hubungan itu. Jika hubungan itu nyaman bisa dilanjutkan ke tahap penentuan kesepakatan, apakah hanya sebagai teman atau pacar.
5. Pentingnya “Teknik Menembak”
Nah di sini kadang yang menjadi titik yang paling menentukan dan paling sulit. Beberapa contoh sukses teman saya yang berhasil menerapakan seni menembak adalah salah satunya dengan metode “Lady First” dia sengaja menarik perhatian wanita yang dipujanya, lalu mencoba membiarkannya atau metode “tarik ulur” nah lama kelamaan si wanita itu penasaran dan tidak sabar lalu mengajak makan di suatu restoran mewah untuk menanyakan sebenarnya hubungan mereka mau dibawa ke mana? Dan di sinilah si laki-laki baru mengatakan “Aku sebenarnya mau mengatakan itu tapi tidak berani, lalu bagaimana? Apakah kamu mau kita pacaran.” Sejak itu mereka pacaran dan laki-laki itu member cincin perak di jari si wanita sebagai bukti mereka sekarang jadian.
Contoh teknik lain adalah dengan menggunakan alat perekam. Jika anda punya alat perekam akan sangat membantu bagi anda yang sulit untuk menghadapi kegrogian jika bertatap langsung dengan pujaan. Teman saya yang sukses dulu seperti ini: Dia memutar lagu-lagu romantic di depan sebagai prolog lalu ditengah-tengah dia merekam suaranya sendiri yang mengungkapkan betapa dia mencintai wanita tersebut dan menanyakan maukah menjadi kekasihnya? Lalu ditutup dengan lagu romantic lagi sebagai epilog. Lalu setelah jadian lelaki itu memberi wanita itu gelang perak sebagai bukti mereka sudah jadian.
6. Pentingnya “Membeli Perak”
Nah sebelum atau sesudah menembak alangkah penting anda memiliki perak untuk persiapan diberikan kepada calon atau pasangan anda bisa berupa cincin, anting, gelang, ataupun bross.
7. Pentingnya “ Mengetahui Tempat Penjualan Perak”
Ada beberapa tempat penjualan perak salah satunya, di Dusun Pelemgede Desa Sodo, Kecamatan Paliyan, Wonosari, bisa dilihat di www.perakpelemgede.blogspot.com.
Atau bisa pesan ke saya atau email saya (agoenk_gondrong@yahoo.com) atau bisa juga saya antar anda ke sana.

Begitulah mungkin tujuh jurus mendapatkan cinta yang diramu dari berbagai sumber. Semoga berguna. Hihihi………

Senin, 08 Februari 2010

Spiritualitas Pemerdekaan

4o Hari Gus Dur dan 11 Tahun Romo Mangun
Kaum Muda Merayakan Indonesia
Inilah tema yang diangkat dalam acara di Auditorium Puskat Kotabaru Yogyakarta. Pembicaranya adalah Romo Baskoro, penulis buku dan staff pengajar Universitas Sanata Dharma, kemudian Atong dan Wisnu: keduanya adalah aktivis mahasiswa tahun 1998.
Pada awal acara dibuka dengan lagu-lagu perjuangan kemanusiaan oleh Wiridan Sarikraman kelompok musik yang bermarkas di DED (Dinamika Edukasi Dasar) yang konsen pada perjuangan kemanusiaan. Sempat saya merinding ketika acara dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Lama saya tidak menyanyikan lagu ini dan ketika menyanyi terlintas betapa banyak korban dan darah yang tertumpah untuk mendirikan sebuah negara bernama Indonesia. Yang pondasinya sudah diletakkan oleh para founding father namun arah ril yang dilaluinya berbelok-belok dan dibelokkan oleh banyak kepentingan yang ada di dalamnya sehingga keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia belum terwujud.
Romo Baskoro memaparkan kedua tokoh yang visinya sama yaitu berjuang demi rakyat namun dalam ranah yang berbeda. Gus Dur lebih berjuang di tataran politik nasional dan internasional sedangkan Romo Mangun berjuang di tataran praksis grassroot bersama dengan orang-orang lapangan. Negara ini menjadi arena pertarunagn politis dari kubu Liberalisme di barat dan Komunisme di timur sehingga dulu untuk mendirikan negara ini diperlukan orang yang Nonblok seperti Soekarno untuk member warna tersendiri di dunia internasional. Meskipun arena pertarungan itu menimbulkan korban yang tidak sedikit.
Kedua Guru Bangsa ini menginspirasi para aktivis mahasiswa tahun 2008 untuk menuntut lengsernya rezim yang dictator dan kurang membela rakyat pada masa pemerintahan Soeharto. “Bayangkan pada masa itu kami menganggap Marxis itu sudah kiri tapi oleh Romo Mangun Marx itu disebut kanan” Ucap Wisnu. Sehingga kami terus mempelajari bentuk teori dan praksis seperti apa yang pantas diterapkan untuk negara ini. Atong lebih berjuang dengan ekspresi dunia seninya dengan poster dan papan reklame serta lukisan kanvasnya dan sekarang menggeluti dunia tato. Kalau kita disuruh menjadi seperti kedua tokoh kita itu Romo Mangun dan Gus Dur akan sulit karena pasti akan migraine dengan pemikiran yang mereka kuasai. Itu butuh proses dan disiplin tersendiri. Sebab bayangkan saja dari hal kecil Gus Dur itu bisa menghapal 500 nomor telepon itu belum pemikirannya yang sangat brilliant. Romo Mangun juga seorang arsitek, budayawan, novelis, penulis buku. Siapa orang yang bisa seperti mereka. Yang mungkin bisa kita lakukan sekarang adalah berkarya di bidang masing-masing demi mewujudkan cita-cita luhur bangsa ini.
Secara teologi kedua tokoh ini menjalankan Teologi Pembebasan tapi lebih tepatnya adalah mereka menjalankan spiritualitas pemerdekaan. Romo Baskoro pernah menulis tentang Spritualitas Pembebasan. Namun kedua tokoh ini lebih menjalankan spiritualitas pemerdekaan karena bisa diterapkan di lini apapun di segala bidang yang bisa dilakukan oleh masing-masing individu.