Senin, 12 April 2010

Perjalanan Ke Gua Kerep Ambarawa

Rencana ziarah dan meditasi ke Gua Maria Kerep Ambarawa sebenarnya sudah direncanakan sejak Bulan Januari kemarin oleh Kelompok Sabin (Sadhana Bintaran). Namun karena kesibukan masing-masing dan tidak punya cukup waktu untuk pergi bersama-sama semua anggota, akhirnya rencana itu ditunda sambil menunggu waktu yang tepat. Selama Masa Prapaskah, anggota kelompok ini disibukkan oleh penyelenggaraan Tableau yang cukup menyita waktu dan menguras energi serta pikiran sehingga setelah Tablo terlaksana maka sudah waktunya untuk merealisasikan rencana itu. Mendengar informasi bahwa Jaringan Kodok akan menyelenggarakan acara di Gua Maria Kerep Ambarawa pada bulan April maka kami segera mencari informasi tentang acara tersebut. Kebetulan juga pada saat misa nanti yang diminta bertugas untuk koor adalah Paduan Suara Fidelis dari Gereja Bintaran, sehingga kami ada teman untuk berangkat ke sana. Pada pertemuan Hari Selasa diperoleh kepastian bahwa Misa akan diselenggarakan Hari Minggu 11 April pukul 10.00 WIB. Lalu ditawarkanlah ke teman-teman siapa saja yang mau berangkat ke sana namun ternyata Waldi tidak bisa karena dia ada syukuran di Bintaran dan Doni juga harus menjadi walinya maka usulan teman-teman malam itu agar mencari waktu lain yang luang agar semua bisa. Namun, melihat rencana sudah sejak Bulan Januari dan sudah Bulan April rencana itu belum terlaksana maka jika harus menunggu semua bisa tidak akan berangkat maka diputuskan siapa saja yang bisa untuk berangkat maka Bejo dan saya yang akhirnya bisa dan punya waktu maka berangkatlah kami berdua mewakili Sabin ke Ambarawa.
Rencananya kami akan berangkat hari Sabtu sore 10 April pukul 15.00 sehingga di jalan tidak kemalaman dan disana malamnya akan meditasi dan berdoa ujub pribadi lalu tidur di sana dan siangnya membantu Fidelis untuk koor. Fidelis mengadakan latihan hari Rabu dan Jumat, aku hanya bisa latihan hari Jumat itupun sebelum latihan semua lagu selesai pukul 21.00 disusul Waldi diajak berembug sesuatu di angkringan depan Gereja Bintaran. Sementara Anjar dan teman-teman yang lain akan jaga panduan misa. Kesepakatan malam itu kami membagi tugas karena ternyata 10-11 April banyak kegiatan dan benturan dengan kegiatan yang lain sehingga keputusan itu diterima oleh masing-masing individu. Setelah latihan koor dengan Fidelis, saya dapat kepastian bahwa Fidelis akan berangkat dari Bintaran hari Minggu jam 5.00 pagi, lalu aku memutuskan akan berangkat sendiri dengan Bejo karena jika bersama Fidelis kami tidak sempat meditasi dan ujub pribadi serta sharing spriritualitas. Maka aku memutuskan untuk berangkat dari Jogja hari Sabtu pukul 15.00 WIB.
Hari Sabtu siang aku mempersiapkan segalanya mulai servis motor dan ganti oli lalu mempersiapkan sleepingbag serta pakaian ganti siapa tahu kehujanan di jalan. Aku keluar rumah pukul 15.30 karena ada beberapa yang harus dipersiapkan, sesampainya di kiosnya Jo ternyata dia belum apa-apa dan masih harus menunggu 2 sandal yang harus dilemnya. Apalagi pukul 16.00 mulai turun hujan dan akhirnya menunggu hujan reda pukul 17.30, Itupun masih harus mengantar setoran sepatu Joe keUtara pasar Ngasem. Pertanda akan banyak ujian dan harus sabar melebarkan hati dan pikiran. Setelah selesai setor kami berangkat pukul 18.00 dengan kondisi hujan sehingga mau tidak mau kami mengenakan mantol. Sesampainya Jalan Magelang hujan bertambah deras dan Joe minta mencari Angkringan karena sudah merasa lapar, katanya sehari ini mulai jam 6 pagi sampai jam 6 sore dia puasa. Setelah makan di angkringan, kami ngobrol dengan penjualnya, asalnya dari Bayat Klaten dan sudah 8 tahun berjualan di tempat ini padahal usianya masih muda baru 36 tahun tapi katanya karena kepepet sudah berkeluarga dan punya anak 2 maka mau tak mau dia harus cari pekerjaan dan jualan angkringan ini satu-satunya yang mungkin dia lakukan. Lama ngobrol ternyata dia dulu adalah teman satu pabrik waktu si Joe dan penjual angkringan ini bekerja di Nasa, dunia seolah sempit karena semua ternyata teman. Kami lalu meneruskan perjalanan dan sampai di Muntilan dapat cobaan lagi karena ban motor belakang bocor dan harus mencari tukang tambal ban dan harus menunggu satu jam karena antri.
Kami melanjutkan perjalanan lagi, meskipun jalan gelap dan banyak bus serta truk dan hujan kami tetap berjalan pelan-pelan. Sepatu mulai basah dan jaket serta baju juga mulai basah namun sesampainya di Magelang jalan kering dan tidak turun hujan di tempat ini. Meskipun begitu kami tidak melepas mantol karena tanggung dan siapa tahu nanti di depan hujan turun lagi. Setelah yakin tidak hujan sesampainya di Secang mantol aku lipat dan melanjutkan perjalanan. Kulihat tanda bensin masih 2 strip berarti masih 2 liter dan aku kira cukup untuk sampai Ambarawa.
Pukul 11.00 WIB akhirnya kami sampai di Gua Maria Kerep Ambarawa, lega rasanya meskipun pantat agak gringingen dan pegel-pegel gimana rasanya namun merupakan kebahagiaan tersendiri karena selamat sampai tujuan. Apalagi sampai di sana di pintu masuk sudah melihat banyak cewek cantik sehingga lumayan menyegarkan mata karena sejak tadi yang dilihat Cuma jalan dan lampu kendaraan. Spontan Joe berucap, “Wah penak ki nggone nggo Mbojo, yo mugo-mugo wae awake dewe cepet entuk jodho dadi sesuk nek rene iso bareng lan ngejak bojone dewe-dewe.” Kemudian tempat tujuan pertama adalah kamar mandi karena sudah ngempet sejak tadi. Kami gantian menjaga tas, dan karena sepatu basah lalu kulepas dan kujemur di pojok pendopo agar kering sehingga besok siang bisa kupakai pulang lalu aku mengenakan sandal jepit. Kami foto narsis dulu di tempat ini untuk mengabadikan sudah sampai di tujuan.
Pukul 12.00 WIB kami mencari tempat yang sepi di samping gua, tak ada seorangpun di situ lalu menyalakan lilin membaca doa dan kitab suci lalu meditasi 20 menit. Setelah selesai kami lalu berdoa sendiri di depan gua dengan ujub masing-masing. Kami lalu ngobrol di pelataran gua yang sepi sambil menggelar sleppingbag setelah curhat kami lalu tidur. Pagi harinya sudah banyak para peziarah yang berlalu lalang, aku lalu ke kamar mandi dan mengambil sepatuku, tapi sayang sudah tidak ada ditempatnya. Hilang, ah sepatu sobek dan murah dan kaos kakinya bau kok tetap masih ada yang berminat ya. Mungkin dianggap berkah oleh penemunya hihihi…ah biarlah kurelakan saja, akhirnya kemana-mana aku mengenakan sandal jepit. Sambil menunggu Fidelis, kami sarapan di warung dan ditengah-tengah sarapan Riko nelpon posisi di mana? Para petugas Fidelis sudah di Panti Koor. Aku lalu bergegas menuju Panti Koor lalu mengikuti Misa yang dipimpin Romo. R. Budiharyana, Pr. Tema Novena kali ini adalah “Syukur Atas Habitus Baru Dalam Paguyuban-Paguyuban Yang Menumbuh-Kembangkan Semangat Berbagi”. Setelah selesai kami berfoto bersama panitia Komunitas Jaringan Kodok DIY. Begitu selesai foto-foto tanpa disangka teman-teman OMK bermunculan untuk mengucapkan selamat pada Fidelis dan member dukungan. Lalu kami pulang sendiri-sendiri sesuai keberangkatan masing-masing. Kali ini kami selamat sampai di Gereja Bintaran tanpa kebanan dan langsung bertugas jaga panduan misa.