Senin, 09 Juni 2008

Life

Ketika bangun tidur, aku masih malas untuk membuka mata menyadari nikmatnya tidur di kasur yang empuk dan berselimut kain halus yang hangat. Mendengarkan instrumen gitar dan biola yang melantunkan lagu-lagu pujian, mendengarkan tiap nadanya, ketukannya, kemudian memejamkan mata lalu membayangkan menari diiringi lantunan lagu itu. Perlahan detak jantung dan irama napas teratur. Merasakan udara dingin yang masuk lewat lubang hidung, kemudian merasakan hangatnya udara yang keluar lewat lubang yang sama. Merasakan dan menyadari tarikan dan hembusan napas itu. Ketika menyadari itu pikiranpun akan berusaha lari ke masa lalu, atau tiba-tiba lari ke masa depan. Kadang lari ke kejadian-kejadian yang memilukan, menyedihkan, kadang lari lagi ke masa yang sangat menyenangkan, menggembirakan, dan membahagiakan. Namun aku tak boleh melekat pada pikiran itu, karena aku bukan pikiran itu. Kubiarkan saja mengikutinya dan hanya melihat tanpa prejudice. Untuk mengembalikan ke masa kini dan saat ini agar aku hidup dan menikmatinya. Hanya kuperhatikan tarikan dan hembusan napas yang keluar dari lubang hidung. Perlahan pikiran ini sudah berada di sini kembali dan saat ini. Mmmmm betapa nikmatnya hidup ini bisa bernapas, mendengar, melihat, meraba dan berjalan dan semuanya berfungsi dengan baik sungguh suatu karunia yang mahal yang tidak bisa dinominalkan.
Selesai mendengarkan lagu, aku berjalan ke dapur kemudian mengambil gelas bening dari kaca, menuangkan air putih dingin ke dalamnya lalu kuteguk. Air dingin itu membasuh kerongkonganku dan menyegarkannya. Tiga gelas aku rasa cukup. Kemudian aku meletakkan gelas itu diantara teko dan termos. Selesai minum, aku ke kamar mandi dan membuang sisa-sisa alat ekskresiku. Mmmm….lega sudah dan perasaan mengganjal sudah hilang, tidak kebelet lagi. Kemudian kuambil sikat gigi warna kuning, mengambil odol dan memencetnya. Menggosokkan pada gigi ke atas dan ke bawah, berkumur, mandi, dan merasakan dinginnya guyuran air yang membuat badanku segar. Mengambil sabun dan menggosok tiap sudut kulitku dengan busa. Membilasnya dengan air dingin dalam kolah yang berwarna coklat bata. Mengambil handuk dan mengganti pakaian. Selesai mandi segera aku mengambil gelas yang tadi kuletakkan diantara teko dan termos itu. Menuangi gelas itu dengan airteh setengah gelas kemudian menambahi dengan air panas dalam termos lalu kuambil sendok stainlesstell. Dua sendok madu kumasukkan dalam gelas itu lalu kuaduk, Mmmmmm nikmatnya tehmadu tanpa bahan pengawet yang menyehatkan. Betapa nikmatnya minuman ini dan ucapan syukurku karena aku memiliki ibu yang menyiapkan sarapan dan minuman tiap pagi. Selesai sarapan aku mengambil sepedaku lalu mengayuhnya keliling kampung dan melewati sawah. Merasakan hangatnya matahari menerpa kulit dan melihat segarnya tumbuhan hijau dan jernihnya air di sawah. Burung-burung juga masih berkicau riang suatu karunia yang luar biasa kumiliki bisa melihat dan mendengar dan punya kaki yang utuh sehingga bisa mengayuh sepeda.
Selesai menikmati pemandangan indah di sekitar kampung dan orang-orang yang mulai beraktivitas pagi itu, aku memarkirkan sepedaku kemudian menghabiskan tehmadu tadi yang masih setengah gelas mmmm… nikmatnya. Aku kemudian memulai aktivitasku untuk menulis dan inilah tulisan pembukaanku untuk melatih ingatan dan pemanasan bagaimana aku menggambarkan dan menjalani tiap detik jalannya hidup ini. Sungguh detil hidup yang luar biasa dianugerahkan kepadaku, karena inipun belum apa-apanya jika merasakan apa yang kudapat tiap detiknya…Mmmmm hidup ini sungguh luar biasa nikmat…….

Tidak ada komentar: