Selasa, 08 Juni 2010

Sadhana

Dalam buku Sadhana karya Anthony de Mello saya menemukan banyak sekali butir-butir kebijaksanaan beliau yang diajarkan dengan cara yang sederhana. Agar semua orang dapat menangkap dan memahami apa yang dimaksudnya. Banyak pembimbing rohani menyatakan tidak berdaya ketika mengajarkan orang berdoa namun tidak bagi Anthony. Salah satu dasar menyatakan, bahwa doa itu suatu latihan yang membawa perkembangan dan memberi kepuasan, dan memang banyak kita mencari ini semua dalam doa. Dasar lain mengatakan bahwa doa itu harus lebih dilakukan dengan hati daripada dengan budi. Memang, semakin cepat doa bebas dari pemikiran kepala, semakin jadi menyenangkan dan bermanfaat. Kebanyakan imam dan religius menyamakan doa itu dengan berpikir-pikir. Itu gagasan mereka.
Seorang rekan Yesuit bercerita pada Anthony, bahwa ia menghubungi seorang guru Hindu untuk mendapatkan pengarahan dalam hal doa. Guru itu berkata: Pusatkan perhatianmu pada pernapasan. Rekan Anthony langsung melakukan itu selama lima menit. Lalu guru berkata: “Udara yang anda hirup itu Tuhan. Anda menghirup Tuhan dan menghembuskanNya. Sadarilah itu dan bertahanlah dalam kesadaran itu”. Berjam-jam , hari demi hari, dan ia kagum menemukan bahwa berdoa itu dapat menjadi sederhana seperti bernapas saja; menghirup dan menghembuskan udara.
Pengalaman saya sendiri bersama teman-teman Sadhana Bintaran yang mencoba menerapkan latihan rohani Anthony de Mello ini menjadikan hidup ini bisa dinikmati. Jika dulu saya sering stress dan kemrungsung dalam semua kegiatan harian saya karena pikiran yang selalu menuntut namun sekarang kita mencoba lebih sering menggunakan hati. Lebih sering mengaca dan berefleksi atas apa yang sedang kita lakukan. Mulai bisa menertawakan diri sendiri betapa bodohnya saya ini dan betapa kuatnya ego dan harga diri saya. Sehingga saya menyadari bahwa saya ini sebenarnya sakit jiwa yang akut dan tidak pernah mau disembuhkan. Karena untuk sembuh awalnya saya tidak mau, saya lebih nyaman dengan topeng yang saya pakai, dan untuk sembuh memang menyakitkan karena jiwa kita akan ditusuk-tusuk oleh hati nurani.Kita menjadi sadar ada luka batin yang masih bersarang dalam jiwa kita yang selalu muncul dan pelan-pelan dikeluarkan. Seperti sebuah gelas kaca yang didalamnya terdapat gumpalan kopi yang hitam pekat. Bagaimana agar air yang menyimbulkan jiwa kita itu bening, tidak ada jalan lain kecuali menempatkan gelas itu di bawah guyuran air bening terus menerus sampai semua kopi hitam dalam gelas itu keluar dengan sendirinya dan air di dalam gelas itu menjadi bening.

Tidak ada komentar: