Sabtu, 29 Januari 2011

Srenggi Celeng

Sebelum sinar mentari mengintip dari balik belahan Gunung Merbabu, seperti biasa Mas Jayus sudah berjalan keluar gubuk untuk melihat sawahnya. Musim panen hampir tiba jangan sampai pagi ini dia kalah dengan pipit yang pagi hari sudah duluan mencicipi bulir-bulir padinya. Bentangan tali yang sudah dipasang untuk mengusir pipit sudah lama dia siapkan, juga orang-orangan sawah yang dia tancapkan di pojok petak. Namun pagi itu matanya terbelalak heran begitu sampai di tepi sawah. Padinya sebagian sudah rebah dirusak binatang. “Celeng kurang ajar!” Gumam marahnya dalam hati. Namun begitu melihat kerusakan sawahnya kali ini dia semakin heran. “Celeng yang merusak sawah kali ini sangat cerdas karena meninggalkan jejak yang rapi.” Pikirnya dalam hati.
Pak Lurah yang pagi itu masih sibuk dan bingung karena hujan turun seharian kemarin membuat banjir sungai dan membuat beberapa warganya sebagian rumahnya ada yang terbenam, tidak mempedulikan Jayus yang pagi itu melapor ke kantornya tentang celeng aneh yang merusak sawahnya. “Kalau masalah hama tanaman seperti celeng, melapor saja kepada Pak PPL, dia yang lebih paham.” Jawab Pak Lurah kepada Jayus. “Tapi ini celeng aneh Pak, tidak seperti biasanya.” Sela Jayus ingin agar Pak Lurah meninjau sawahnya. “Saya sedang sibuk, melapor ke Pak PPL saja.” Meskipun tidak yakin akhirnya Jayus pergi juga ke kantor PPL di samping kelurahan. “Baiklah, perlu saya teliti lebih lanjut.” Jawab PPL.
Sudah beberapa hari Pak PPL tidak juga mengunjungi sawahnya. Akhirnya Jayus pergi ke rumah Mbah Dukun dan tanpa menunggu lama, Mbah Dukun segera membuat ritual pribadinya untuk melihat kondisi sawah jayus dari lokasinya berada. “Hmmmm….sudah saya duga.” Gumam Mbah Dukun sambil memejamkan matanya. “Kalau ini bukan ulah celeng, yang ini adalah ulah srenggi celeng.” “Srenggi celeng? Apa itu Mbah?” “Srenggi itu adalah ratunya para celeng yang tak kelihatan, dia yang menjaga dan memimpin kawanan para celeng tersebut.” “Kok saya baru tahu yang namanya srenggi celeng, apakah saya bisa melihatnya Mbah?” “Semua orang sebenarnya bisa dan mampu untuk melihat srenggi tersebut asalkan dia melakukan ritual tertentu. Besoklah saya ajari kamu untuk melihat srenggi celeng yang merusak sawahmu itu jika kamu sudah punya niat.” “Niat gimana Mbah?” “Jika kamu sudah siap puasa.”
Beberapa hari berselang Pak PPL akhirnya meninjau juga sawah Jayus dengan mengambil sampel beberapa tanaman yang roboh, Pak PPL akan melakukan penelitian di laboratoriumnya. Setelah diteliti Pak PPL melaporkan ke Jayus bahwa yang merusak sawahnya adalah ulah manusia sebab dari bekas patahan sangat jelas ini ulah manusia. Jayus semakin bingung, Kata Mbah Dukun ini adalah ulah srenggi celeng sedangkan menurut Pak PPL ini adalah ulah manusia. “Apakah srenggi itu manusia berkepala celeng?” Pikir Jayus dalam hati. (Bersambung)

Tidak ada komentar: