Selasa, 01 Februari 2011

Srenggi Celeng

Semenjak tersiar kabar tentang adanya srenggi celeng yang merusak sawah Jayus, Dusun Upeti tampak lengang. Sehabis matahari terbenam tak ada seorangpun yang berani keluar rumah. Antar rumah dan warga menjadi saling curiga, bahkan perasaan mereka menjadi sangat sensitif. Tak pernah ada yang bisa melihat srenggi celeng, kecuali hanya gambaran kira-kira dari Mbah Dukun. Lalu ada juga yang ikut-ikutan sawahnya dibuat seperti milik Jayus agar juga namanya ikut ngetop. Entah, sejak adanya srenggi celeng yang menyerang lahannya, Jayus menjadi terkenal dan dibicarakan dimana-mana. Di pasar, di warung, di sekolah, bahkan di dapur ibu-ibu juga membicarakan Jayus. Bagi beberapa warga yang mengekor tanpa melihat ke lokasi Mbah Dukun sudah tahu bahwa mereka bohong. Mbah Dukun juga lebih dipercaya oleh warga dusun daripada Pak PPL. Tidak hanya warga, Pak Lurah yang awalnya tidak peduli dengan apa yang terjadi di sawah Jayus sekarang ikut merasa takut. Semua warga lebih banyak diam, karena takut disalahkan. Bahkan hanya oleh letusan mercon anak-anak di tengah sawah, Pak Lurah sudah panik dan segera mengerahkan petugas keamanan desa. Anak-anak lagi yang disalahkan dan menjadi korban tanpa mereka tahu apa-apa. Betapa terkejutnya mereka ketika lagi asik bermain mercon, tiba-tiba ditangkap keamanan desa.
Hujan gerimis mulai turun membasahi atap rumah Jayus, airnya merembes ke tonggak kayu dan dinding kayu jati muda yang berbentuk limasan itu. Di antara suara gerimis hujan dan dinginnya udara malam, di dapur Jayus masih melamun disamping perapian sambil membolak-balik bambu kering untuk menghangatkan badan dan mendidihkan air. Doorr! Tiba-tiba letusan dari perapian itu bersuara agak keras yang mengagetkan istrinya yang sedang melipat pakaian yang kering.
“Letusan apa Pak?”
“Ndak apa-apa. Ini hanya suara bambu kering.”
“Mbok jangan pakai bambu utuh, pakai aja yang sudah dibelah. Situasi lagi begini jangan membuat suara yang aneh-aneh. Mbok inget Pakne, sawahmu saja sudah jadi pergunjingan di mana-mana kok malam-malam begini buat suara. Mbok Inget, Kriwil saja yang hanya selingkuh dengan Jeng Lina dipenjara 3,7 bulan dan didenda 250 ribu. Kamu ini orang miskin sukanya macem-macem.
“Mbok udah Bu, lha wong hanya bambu meletus kok sampai mana-mana. Sudah-sudah sana ! Aku juga lagi bingung.”
Malam kembali hening. Hanya kadang suara gemeretak kayu bakar memecah lamunan Jayus yang masih teringat kata-kata terakhir Mbah Dukun.
“Kalau kamu sudah siap puasa, akan kutunjukkan caranya.”

Tidak ada komentar: