Rabu, 04 Desember 2013

Cerita Tentang Parkit

Parkit putih albino mata merah ini kuberi nama Kitkit untuk betinanya dan pejantannya Kitkot. Kebetulan saja burung ini kupelihara, karena awalnya hanya jalan-jalan ke Pasar Legi Kotagede Yogyakarta untuk melihat-lihat. Inspirasi awal hanya ingin memelihara burung putih polos sebagai simbol kesucian agar bisa mempengaruhi aura rumah. Namun setelah beberapa saat jalan-jalan keliling dan bertanya-tanya, ada 3 pilihan alternatif untuk burung putih polos yaitu: merpati putih, puter putih, kenari putih, dan parkit putih. Setelah tanya harga cukup lumayan, untuk merpati putih sepasang dibandrol harga Rp.150.000,- ,Puter putih Rp.140.000,- Kenari putih AF Rp.750.000,- dan Parkit Putih Rp.150.000,-. Setelah mengetahui harga tersebut kemudian kembali berpikir mana yang akan dipilih sesuai budget. Dulu pernah memelihara sepasang merpati putih namun karena untuk pemeliharaannya harus membutuhkan tempat yang luas dan dilepas bebas maka akhirnya kutitipkan teman. Puter juga pernah memelihara walaupun bukan putih dan sempat beranak pinak di kurungan, Kenari juga pernah memelihara walaupun dulu warnanya kuning dan bond, akhirnya pilihan jatuh pada parkit karena belum pernah memelihara dan setelah keliling tinggal satu pasang itu yang berwarna putih itu. Kubelilah Kitkit dan Kitkot. Inilah cerita mereka.
Sebagai orang yang belum pernah memelihara burung parkit salah satu cara belajarnya adalah coba-coba. Dengan browsing di internet tentang cara memelihara parkit akhirnya dapat beberapa artikel tentang cara memelihara burung parkit ini. Selain dari internet kebetulan teman rondaku di kampung juga seorang peternak parkit yang sudah lama beternak burung ini sehingga aku sering konsultasi padanya tentang pemeliharaannya. Awalnya Kitkit dan Kitkot ini kupelihara di kandang besi yang digantung, sehingga kalau siang kugantung di teras kalau malam kumasukkan rumah, untuk makanannya kuberi makan jagung muda dan milet. Sangkar gantungnya kuberi glodok yang berbentuk rumah. Cara memasukkannya susah sekali sehingga aku terpaksa membongkar bagian bawah kandang untuk memasukkannya glodok itu. Akhirnya kandang terasa berat dan ruangnya tampak sesak dengan adanya glodok tersebut. Kupikir parkit itu seperti merpati yang tidur di dalam gupon, ternyata tidak, mereka tidur di atas glodok tersebut, sehingga rasanya percuma sangkar itu kukasih glodok. Mungkin sangkar itu terlalu sesak sehingga Kitkit dan Kitkot tidak mau masuk rumah mereka. Akhirnya sangkar kuganti dengan sangkar persegi berwarna biru yang kubeli di PASTY. Kata penjualnya satu sangkar kawat ini bisa digunakan untuk 3 pasang, sayang kalau hanya untuk sepasang parkit. Setelah berhasil memindah Kitkit dan Kitkot ke sangkar barunya walaupun dengan pengorbanan harus merasakan gigitan paruh bengkok Kitkit ini yang lumayan sakit.
Setelah itu aku mengikuti nasehat penjual sangkar untuk membeli 2 pasang parkit untuk teman Kitkit dan Kitkot. Akhirnya satu sangkar biru ada 3 pasang parkit dengan 3 gelodok. Namun setelah semalam ronda dan cerita dengan teman rondaku tentang parkit, parkit ternaknya satu kandang hanya diisi sepasang parkit. Siangnya aku melihat bagaimana kandang peternakan parkit milik temanku itu. Dengan terinspirasi temanku itu yang sudah sukses memperanakkan beberapa pasang parkit, maka aku mencoba membuat kandang untuk 2 pasang parkit dengan bahan kayu blabak dan kawat strimin. Akhirnya setelah hampir satu minggu beralih profesi jadi tukang kayu jadilah kandang untuk 2 pasang parkit. Akhirnya Kitkit dan Kitkot kupindah ke kandang baru bersama sepasang temannya berwarna biru. Namun beberapa hari di situ tidak juga membuat Kitkit mau bertelur malah hal yang tak kuduga terjadi yaitu, kandang belakang pakunya lepas dan kayunya menganga di seruduk tikus yang mengakibatkan sepasang parkit biru terbang mengembara entah kemana. Rasanya jengel bercampur kecewa perjuangan membuat kandang seminggu rasanya sia-sia, akhirnya daripada Kitkit dan Kitkot mengalami hal serupa kupindah kembali mereka ke kandang biru. Akhirnya kandang kayu blabak itu kupindah dan kumanfaatkan untuk memelihara ayam kate yang tidak bisa terbang walaupun lubangnya menganga terbuka, akhirnya aku membeli sepasang parkit baru warna hijau muda dan biru muda untuk mengganti yang lepas.
Beberapa waktu berselang, akhirnya Kitkit dan Kitkot mau masuk glodok dan bertelur. Dari kelima telurnya menetas 2 ekor dan dipelihara serta diloloh oleh kedua induknya. Akhirnya setelah sebulan mulailah mereka belajar terbang keluar glodok. Anehnya anak Kitkit dan Kitkot tidak berwarna putih namun biru dan hijau muda. Namun sayang karena waktu belajar terbang dan belajar minum, Si Biru anak Kitkit kepalanya masuk tempat minum dan tak bisa keluar maklum masih piyik dan akhirnya mati terendam air minum. Kecewa lagi, setelah penantian selama sebulan akhirnya hanya gara-gara hal sepele terlalu kecilnya tempat minum dan keasatan sehingga mengakibatkan matinya Si Mungil Biru. Akhirnya tinggal Si Hijau Muda ini harapan dan bukti proses pembelajaran yang tidak mudah.

Tidak ada komentar: